Taman Wisata Alam Teluk Youtefa termasuk teluk kecil berada di dalam teluk Yos Sudarso yang ditunjuk melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor : 372/Kpts/ Um/6/1978 tanggal 9 Juni 1978. Kemudian pada tahun 1996, status hukum Kawasan Teluk Youtefa diperkuat dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 714/Kpts-II/1996 tanggal 11 Nopember 1996, tentang Penetapan Kawasan Teluk Youtefa sebagai kawasan konservasi Dengan Peruntukan Sebagai Taman Wisata Alam seluas 1.675 hektar.Secara Geografis kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa terletak antara 02°31´ 00¨ – 02°42´ 00¨ lintang selatan, serta 142°37´ 00¨ – 142°48´ 00¨. Disebelah utara dibatasi oleh tanjung Pie – pesisir pantai Teluk Yos Soedarso, disebelah timur dibatasi oleh pantai timur Teluk Youtefa, perbukitan Gunung Mer dan gunung Tiahnuh dan sebagian ruas jalan Entrop – Abepura. Disebelah selatan berbatasan dengan sebagian ruas jalan raya Abepura – Nafri, dan disebelah barat berbatasan dengan perbukitan gunung Sesekokyamokah.
Taman Wisata Teluk Youtefa diapit oleh dua buah tanjung yang menjorok dari samping kiri yaitu tanjung Pie dan Tanjung Saweri di samping kanan, hanya dipisahkan oleh selat kecil yang lebarnya ± 300 meter yang disebut dengan Selat Tobati dan sekaligus merupakan pintu masuk dan keluar Teluk Youtefa dari arah laut (Teluk Yos Sudarso).
Taman Wisata Teluk Youtefa termasuk daerah dataran rendah yang datar sampai bergelombang dengan kisaran ketinggian 0 – 73 meter diatas permukaan laut. Terdapat hutan mangrove dan beberapa bagian lain lain terdapat daerah bergunung-gunung, terdapatpula hutan sagu disela-sela gunung. Dua aliran kali yang bermuara pada Taman Wisata Alam Teluk Youtefa yaitu Kali Acai dan Kali Entrop dengan lebar ± 20 meter.
Aksesibilitas Untuk sampai ke Taman Wisata Teluk Youtefa dengan menggunakan akses darat dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu :
- Dari Pusat Kota Jayapura ke arah Selatan berjarak ±4km dengan menggunakan ruas jalan Jayapura-Entrop ditempuh dalam waktu 15 menit.
- Dari Pusat kota Jayapura, dengan menggunakan ruas jalan Jayapura-Abepura ± 13 km ke arah Selatan ditempuh dengan waktu 25 menit.
- Dan dari Kota Abepura ± 2 Km ke arah Timur yaitu ruas jalan Abepura – Tanah Hitam ditempuh dengan waktu 10 Menit.
Potensi Flora dan Fauna
Pada hamparan datar dengan ketinggian tidak melebihi 75 dpl, yang memiliki jenis tanah organosol-aluvial, tepatnya disepanjang pantai tanjung Pie dan tanjung Kaswari yang menghadap ke teluk Youtefa didominasi oleh vegetasi bakau-bakauan. Khusus ditepi barat pantai teluk tersebut, setelah bakau-bakauan, juga dijumpai adanya pohon konifer dari jenis kaswari marin. Sedangkan diseberang tanjung Pie dan Kaswari bagian utara yang menghadap ke teluk Yos Soedarso didominasi oleh pohon kelapa (Cocos nutcifera L) dan juga terdapat ketapang(Terminalia cattapa), Pandanus sp, Callophyllum inophyllum, Baringtonia asiatica. Pada areal perbukitan yang memiliki jenis tanah latosol, banyak ditemukan vegetasi pioneer seperti tumbuhan dari jenis Intsia bijuga, Pometia sp,Ficus benjamina, jenis pandanus, pinang, tumbuhan perdu serta beberapa jenis paku-pakuan dan jenis angrek-angrek seperti Dendrobium sp, Gramatophyllum papuana, Bulbophyllum sp.
Pada kawasan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa terdapat beberapa jenis fauna yang meliputi aves, reptilia, insekta dan mamalia yang merupakan satwa eksotik.Beberapa jenis satwa dari kelompok aves antara lain Alap-alap(Haliastur Indus), Nuri merah kepala hitam (Lorius lori), Burung Raja udang dan beberapa jenis burung laut lainnya. Jenis-jenis reptil yaitu Liasis sp, Candoia sp, Varanus sp. Jenis-jenis serangga yaitu laba-laba, kumbang dan kupu-kupu. Sedangkan jenis satwa eksotik yaitu kera ekor panjang (Macaca fasicularis).
Sosial Budaya
Terdapat 3 (tiga) kampung pada kawasan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa yaitu : Kampung Tobati merupakan kampung yang pertama ada sejak zaman dulu, kemudian kampung ini pecah menjadi dua. Kampung kedua ini disebut Enggros yang berasal dari kata Injros yang berarti kampung kedua. Sedangkan Kampung Nafri merupakan perkampungan baru, yaitu penduduknya berasal dari pergunungan yang berpencar-pencar. Namun dulunya mereka mempunyai satu pemerintahan yaitu Metu Debi yang merupakan pusat pemerintahan tiga kampung tersebut.
Kelompok kekerabatan paling kecil di kampung Tobati dan Enggros disebut keluarga Batihatau Rumbeici (bahasa lokal) . Disini pertama kali seseorang belajar proses internaliasi dan sosialisasi. Selain Rumbeici ada kelompok kekerabatan yang lebih besar dimana garis keturunan diurut mellalui garis laki-laki (Patrilineal). Kelompok kekerabatan ini disebut Metuawici atau klan. Dalam satu klan tidak diijinkan saling kawin mengawini sebab menurut adat dianggap tabu. Didaerah Teluk Yos Sudarso ada kurang lebih 26 Metuawici (koentjaraningrat dan bachtiar, 1963).
Klan (suku) yang terdapat di Kampung Tobati adalah Klan Hamadi, Ireuw, Dawir, Haay, Hababuk, Meraudje, Hasor, Injama, Affar, Mano dan Sremsrem. Ada 2 klan besar yang mengepalai kampung yaitu Klan Hamadi dan klan Ireuw.
Sedangkan klan yang terdapat di kampung Enggros yaitu : Klan Sanyi, Drunyi, Semra, hanasbey, Samay, Haay, Hababuk, Meraudje, Itaar dan Feep. Setiap Klan mempunyai pimpinan Klan sendiri, Kepala Klan berada dibawah kekuasaan ondoafi besar (Charsori) dan Ondoafi kampung.
Klan yang terdapat di Kampung Nafri adalah Klan (suku) Awi, Awinero, Fingkrew, Tjoe, Uyo, Taniauw, Mramra, Khai, Hanasby, Sibri dan Wamiauw. Kepala pemerintahan adatnya disebut Ondoafi, ada dua ondoafi yaitu ondoafi Wakre dan Ondoafi Sembekra yang berasal dari Suku Awi.
Potensi Wisata Pantai Hamadi:
Pantai Hamadi merupakan daerah pesisir pantai di Kelurahan Hamadi.Pantai ini merupakan daerah hak ulayat suku Tobati.Posisi daerah pesisir pantai Hamadi yang strategis karena berhadapan langsung dengan Teluk Humbolt (Yos Sudarso) di perairan Kota Jayapura yang berbatasan langsung dengan PNG.Hal ini menyebabkan daerah pantai Hamadi pada zaman Perang Dunia II digunakan tentara sekutu sebagai tempat pertahanan.Sampai saat ini masih terlihat bekas-bekas dari peninggalan sekutu, berupa puing-puing mobil baja (tank), kapal feri untuk bahan makanan milik sekutu serta perangkat perang lainnya.Kesemuanya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang ke Pantai Hamadi.
Beberapa fasilitas yang telah dibangun untuk menunjang kegiatan wisata di Pantai Hamadi adalah pondok atau honey, MCK dan balai pertemuan ondoafi.
Tanjung Marine:
Tanjung Marine terkenal akan keindahan alamnya. Hamparan pasir putih yang membentang di tanjung ini menjadi daya tarik tersendiri.Di tepian pantai banyak ditumbuhi pohon kelapa dan magrove, sehingga tempat ini juga banyak diminati masyarakat sebagai salah satu obyek wisata pantai di kawasan Teluk Youtefa.Selain sebagai obyek wisata pantai, Tanjung Marine juga banyak diminati masyarakat sebagai tempat wisata pemancingan.Memancing dapat dilakukan dari daratan di tanjung maupun di perairan tanjung dengan menggunakan perahu. Di tanjung Marine banyak dijumpai jenis-jenis ikan, karena tanjung ini memiliki vegetasi mangrove yang kondisinya masih cukup bagus sehingga memungkinkan sebagai tempat berkembangbiak berbagai jenis biota laut. Tanjung Marine juga merupakan dermaga alternatif bagi masyarakat Tobati dan Enggros yang akan bepergian ke kota Jayapura. Wilayah perairannya yang agak dalam, menyebabkan tanjung ini masih dapat dilalui dengan long boat atau perahu tempel apabila air laut sedang surut.
Tanjung Kaswari:
Tanjung ini disebut Tanjung Kaswari karena di tanjung ini banyak ditumbuhi pohon cemara pantai (Casuarina marine).Pantai Tanjung Kaswari memiliki hamparan pasir berwarna kelabu yang luas dan indah, sehingga tanjung ini juga merupakan salah satu tempat wisata pantai di kawasan Teluk Youtefa. Dari Tanjung Kaswari tampak sebuah pulau yang berisi perkampungan Masyarakat Enggros. Sebagai daerah yang terdekat dengan perkampungan Enggros, di tanjung ini dijadikan tempat pemakaman umum masyarakat Enggros.Di sebelah utara Tanjung Kasuari terdapat Tanjung Marine, dimana selat antara kedua tanjung tersebut merupakan pintu masuk ke dalam Kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa. Selat yang indah dan kaya dengan jenis ikan tersebut dinamakan Selat Tobati.
Pulau Metu-Debi:
Pulau Metu-Debi merupakan salah satu tempat tujuan wisata religius, karena di pulau ini injil pertama kali masuk di Jayapura yang dibawa oleh seorang penginjil asal Maluku bernama Laurents Tanamal pada tahun 1923.Pulau ini kemudian menjadi pusat penyebaran agama Kristen Protestan di Jayapura.Pulau ini juga merupakan tempat yang bersejarah karena merupakan pemerintahan pertama Kampung Tobati dan Enggros.Dahulu masyarakat Tobati dan Enggros berasal dari satu kampung yang berpusat di Pulau Metu-Debi.Pulau Metu-Debi sering disebut sebagai lapangan timbul tenggelam, karena pada saat air laut surut, pulau ini terlihat seperti lapangan (hamparan pasir) yang luas dan indah. Kekhasan jenis tumbuhan di pulau ini adalah banyaknya pohon cemara (Casuarina marine) selain kelapa (Cocos nucifera), Ketapang (Terminalia catapa), Pandanus sp, dan lain-lain. Hamparan pantai pasir putih yang indah di pulau ini dapat menjadi salah satu daerah tujuan wisata pantai.
GunungMher:
Gunung Mher merupakan batas timur kawasan Taman Wisata Alam Teluk Youtefa. Gunung ini konon merupakan asal muasal masyarakat Tobati dan Enggros, sehingga oleh masyarakat gunung ini dianggap mempunyai kekuatan gaib karena dihuni oleh roh-roh leluhur mereka. Dalam melakukan segala kegiatan terutama dalam memilih dan mengangkat ondoafi, masyarakat terlebih dahulu meminta ijin ke gunung ini.
Menurut beberapa penelitian yang pernah dilakukan, di Gunung Mher ditemui populasi Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang merupakan satwa eksotik.Kera Ekor Panjang ini dibawa oleh tentara sekutu pada Perang Dunia II yang dijadikan sebagai indikator makanan selama perang.Sebagai satwa eksotik dengan populasi sekitar 25 ekor, kera ekor panjang belum menjadi jenis yang invasif terutama di kawasan Teluk Youtefa.Di Gunung Mher ini juga menurut masyarakat Tobati ada sebuah Goa yang dianggap keramat oleh masyarakat Tobati dan Enggros yang dinamakan Goa Mher.
Tanjung Vim :
Daratan yang menjorok ke perairan Teluk Youtefa ini berada di Kelurahan Vim, sehingga sering disebut dengan nama Tanjung Vim. Di sekitar Tanjung Vim ini ada peninggalan sejarah berupa dua buah kapal karam milik tentara Jepang pada Perang Dunia II yang karam dan terdampar di kawasan Teluk Youtefa.Kapal karam ini hingga kini menjadi salah satu obyek wisata sejarah yang menarik dan banyak dikunjungi.Tanjung Vim juga merupakan salah satu tempat tujuan pemancingan.Pemancingan dapat dilakukan dari daratan Tanjung Vim, atau di perairan tanjung dengan menggunakan perahu. Di sekitar tanjung ini banyak terdapat terumbu karang dan vegetasi mangrove sebagai tempat berkembang biak ikan-ikan. Beberapa jenis ikan yang terdapat di tanjung ini adalah Ikan Bolanak, Ikan Kombong, Ikan Merah, Kakap Biru, Kakap Merah, Kerapu, Bubara, dan lain-lain.
Tanjung Resyuk :
Tanjung Resyuk juga merupakan tempat yang banyak dikunjungi masyarakat dengan tujuan untuk memancing. Di Tanjung ini memiliki kekayaan jenis ikan serta keindahan dan kesejukan alamnya. Umumnya memancing dilakukan dari daratan tanjung, namun ada pula masyarakat yang memancing dari wilayah perairan tanjung dengan menggunakan perahu.
Di sekitar tanjung ini terdapat daerah dengan vegetasi mangrove yang dinamakan Muri.Di daerah Muri ini terdapat pipa (saluran) air yang pertama kali dibuat oleh LIPI dan sampai sekarang masih digunakan sebagai sumber air bagi masyarakat setempat.
Pulau Ismokh: Pulau Ismokh atau “Inje Moch” dalam bahasa Tobati adalah merupakan salah satu tempat tujuan wisata religius. Di Pulau ini terdapat makam para ondoafi masyarakat Tobati dan Enggros. Yasuk:
Tempat wisata religius lainnya di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa adalah Yasuk. Yasuk adalah nama tempat pemakaman umum bagi suku-suku Hay. Yasuk ini terdapat di sekitar Tanjung Resyuk.
Nampto;
Nampto juga dapat menjadi alternatif tujuan wisata religius.Dimana di tempat ini merupakan tempat pemakaman umum bagi suku-suku Dawir, yang merupakan salah satu suku terbesar di masyarakat Tobati dan Enggros. Diantara Yasuk dan Nampto dibatasi oleh sebuah selat yang disebut pintu Dawir.
Tempat Pemancingan Abe Pantai:
Tempat pemancingan di wilayah Abe Pantai Distrik Asano ini banyak dikunjungi oleh masyarakat baik disekitar lokasi maupun dari tempat-tempat lainnya.Daerah ini merupakan salah satu tujuan wisata pemancingan.
Selain tempatnya yang kaya akan jenis-jenis ikan, daerah ini juga merupakan tempat yang sejuk dan jauh dari kebisingan, sehingga banyak diminati masyarakat yang memiliki hoby memancing. Namun di tempat ini belum memiliki fasilitas yang memadai dan layak sebagai tempat pemancingan.
Situs Tugu Peringatan Pendaratan Tentara Jepang:
Situs Tugu Peringatan Pendaratan Tentara Jepang ini merupakan salah satu peninggalan sejarah.Di tempat ini pertama kali Tentara Jepang mendarat di Jayapura pada Perang Dunia ke II.Situs ini terletak di Abe Pantai Kelurahan Asano Distrik Abepura.
Situs ini oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Penidikan dan Kebudayaan dinyatakan dilindungi dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Sehingga terhadap situs ini dilarang untuk merusak, mengambil atau memindahkan, mengubah bentuk dan memisahkan bagian, kelompok dan kesatuan benda cagar budaya ini.
Pola Perkampungan Masyarakat:
Di dalam Teluk Youtefa terdapat sekelompok suku yang tersebar dalam dua kampung yaitu Kampung Tobati dan Kampung Enggros yang dapat dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata culture (kebudayaan).Penduduk Tobati dan Enggros berdiam di kampung-kampung yang disebut Nuch. Nuch dibangun di atas air dengan rumah bertiang. Jarak antara nuch Tobati dan Enggros kurang lebih 1 km. Perkampungan berbentuk linear, berjejer memanjang dan saling berhadapan.Penataan Kampung Enggros menghadap pintu masuk perairan Teluk Youtefa, sedangkan Kampung Tobati berjejer dari arah timur ke barat.Rumah berbentuk persegi panjang dengan ukuran rata-rata 8 x 6 meter. Rumah dibangun di atas tiang setinggi permukaan air (± 2m dari dasar laut). Lantai rumah dibuat dari nibun atau papan. Rangka rumah terbuat dari kayu dengan dinding dari gaba-gaba atau papan. Sebagian besar atap terbuat dari seng yang ditata berbentuk kerucut yang meruncing.Rumah Ondoafi berukuran lebih besar dari rumah penduduk dan pada bubungan rumah diberi hiasan ikan-ikan. Di depan rumah Ondoafi terdapat para-para besar (para adat) yang berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan pesta adat, tempat menari, tempat pertemuan atau tempat penyelesaian sengketa.
Kebudayaan Masyarakat:
Wisata budaya terutama seni relief, tarian dan nyanyian dapat nikmati pengunjung di Kampung Tobati dan Enggros.Bentuk seni relief masyarakat Tobati dan Enggros merupakan aplikasi dari kekayaan alam yang terkandung di laut seperti ikan, udang, kerang-kerang dan bunga laut.Seni tari biasanya selalu diikuti dengan nyanyian.Musik yang digunakan untuk mengiringi tarian adalah tifa dan kelambut. Tari-tarian yang dikenal antara lain tari Fie (tarian di atas perahu untuk mengantar hasil buruan ke ondoafi), tari Warpu (tarian pada upacara pelantikan ondoafi besar), tarian pada upacara perkawinan dan tarian pada saat ondoafi meninggal.
Kegiatan Pengelolaan:
- Kegiatan Pengamanan kawasan dilakukan oleh Balai Besar KSDA Papua
- Kegiatan Interpretasi trayek wisata oleh Balai Besar KSDA Papua tahun 2007
- Kegiatan pengembangan daerah penyangga oleh Balai Besar KSDA Papua
- Kegiatan peningkatan sarana dan prasarana oleh Balai Besar KSDA Papua Tahun 2007
- Kegiatan survey populasi Kera Ekor Panjang oleh Balai Besar KSDA Papua Tahun 2008
- Kegiatan evaluasi pengelolaan kawasan oleh Balai Besar KSDA Papua Tahun 2010
- Pembuatan papan informasi oleh Balai Besar KSDA Papua Tahun 2010
- Inventarisasi Perambahan 2012
- Penyusunan Rencana Pengelolaan 2012